Lima Langkah Strategi dalam menanggapi pengelolaan serta pengendalian diri :
1. Santai/Rileks
Kita sering mendengar pernyataan “4 S” : Saat berhadapan dengan seseorang atau sekelompok orang yang mengganggu adalah penting untuk mengenali bahwa dalam menghadapi stress tubuh menanggapinya sesuai dengan tanggapan emosional. Bayangkan kalau anda diminta berbicara di hadapan banyak orang tanpa sempat mempersiapkan lebih dahulu.
Bagi beberapa orang yang sudah terbiasa melakukannya, berbicara di depan umum ini mudah saja, namun bagi kebanyakan di antara kita tidak mengenakkan.
Istilahnya demam panggung/Stage fear suara dalam diri anda mengatakan, “aku tidak siap… aku akan kelihatan bodoh… apa yang harus aku katakan… oh tidak, mengapa ini terjadi padaku…”. Hal ini akan memicu tubuh anda menanggapi secara fisik, pernafasan
Karena kita semua menanggapi rangsangan negatif dalam berbagai cara, cara terbaik memulainya adalah dengan bersikap santai. Ambil nafas panjang melalui hidung, tahan sejenak, dan biarkan keluar perlahan melalui mulut. ini dapat dilakukan dengan cepat dan tidak diketahui. Teknik membuat tubuh menjadi santai lainnya adalah dengan mengatakan kepada diri sendiri, ” aku dapat menguasai orang ini (keadaan ini), aku orang yang cemerlang dan kuat, dan aku harus santai dan tidak membiarkan diriku menjadi gugup”. Dengan memberanikan diri, anda akan mulai merasa lebih tenang dan tubuh akan merasa mulai santai.
2. Kenali Emosi Anda
Banyak diantara kita yang tidak mengenal bagaimana emosi kita sebagai seorang pejabat yang bertugas dalam menjalankan tugas sehari-hari dalam pelayanan masyarakat. Satu cara kita salah mengelola diri dengan mengenal emosi adalah dengan tidak mengenali alasan yang mendasari mengapa seperti itu. kita biasanya dapat mengenali saat merasa marah, terluka, atau takut. Emosi ini bermanfaat memperkuat tanggapan kita terhadap dunia luar namun tidak perlu harus membantu menghadapinya. untuk mengetahui bagaimana memecahkan masalah emosi dalam diri sendiri dalam memberikan pelayanan pada publik, lebih dahulu memahami mengapa merasa seperti itu.
3. Mengendalikan Diri
Pengendalian diri dalah hasil perpaduan :
a. Karakter atau watak (diwakili oleh prinsip dan nilai)
b. Paradigma (cara kita memandang/melihat dunia luar)
c. Kesadaran diri yangmemungkinkan kita memeriksa pemikiran kita sendiri dan cara kita memandang diri sendiri dan orang lain (emosi)
d. Kreativitas dan Imajinasi adalah kemampuan untuk membayangkan berbagai cara melihat sesuatu secara baru
e. Keinsyafan atau Kesadaran (yang membedakan mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan kaidah etika yang berlaku)
4. Bersikaplah Sungguh-sungguh
Kesabaran dan kesungguhan. Sekali memutuskan untuk menghadapi suatu masalah yang sifatnya emosional, adalah penting menentukan lebih dulu bagaimana tanggapan kita. Begitu seringnya kita memutuskan suatu arah tindakan yang tidak dapat dilanjutkan terus karena kita berfikir liner, apakah membatalkan atau membiarkan rasa takut mencegah kita mengatakan dan melakukan apa yang kita ketahui benar.
Sebagai contoh perhatikan Critical Incidence sebagai berikut : Misalnya, “kalau aku tidak bersungguh-sungguh membiarkan wanita di toko grosir mengetahui bahwa aku tidak mau ikut-ikutan bergunjing, aku akan dihadapkan dengan keadaan yang sama berulang kali”. Sebelum bertemu, aku tidak berhadapan langsung dengannya, aku akan tersenyum dan tidak mengatakan apapun kecuali menjawab komentar atau keluhannya pada suamiku sepanjang minggu yang membuatnya menjadi gila. Akhirnya, aku perlu bersikap sungguh-sungguh. Cara anda mendekkati seseorang sama pentingnya dengan apa yang anda katakan. memberikan pesan campuran (mix message) menjadi tidak produktif terhadap apa yang perlu dicapai. Kalau anda mengatakan sesuatu tanpa bersikap sungguh-sungguh, dan tanpa mempertimbangkan kehormatan orang lain, maka andalah yang pertama menjadi sasaran kontroversi. pendapat sinis atau kejam tidak pernah memecahkan masalah, namun justru sebaliknya lebih menguatkan.
Tidak perduli seberapa jujur dan terus terangnya anda, ada beberapa orang yang menolak tanggapan anda, atau menggunakan kesantunan anda melawan anda sendiri. Orang-orang ini curang dalam hasrat memahami masalah orang lain, dan kalau menanyakan apa yang telah mereka perbuat terhadap anda, dan anda mengatakan secara terbuka, mereka mencoba dan membuat anda merasa bersalah dengan mengatakan seperti : “anda sih selalu peka”, ” bagaimana andadapat berkata seperti itu?” atau ” kalau saja anda bertindak lain, aku akan menanggapi dalam cara yang lebih positif.” Kebanyakan, kalau orang lain tidak bertanggung jawabatas kelakuannya sendiri, biasanya mereka lebih suka anda mengaku bersalah dan mengubah pendapat. Mereka melihatnya sebagai suatu cara menyingkirkan perasaan anda sendiri. Mungkin di waktu yang lain orang tidak mau bekerja bersama anda untuk memecahkan suatu masalah. hal ini menjadi tidak mungkin mengakui pandangan lain. Dalam keadaan ini adalah tepat mempertahankan keputusan dan bersikap tetap tegas, dan terkendali.
5. Merasa Positif
Saat harusmenghadapi seseorang atau sesuatu yang menjadi masalah kadang kita melakukannya dengan cara yang negatif atau menakutkan. Dalam memecahkan dilema, kita dapat melakukannya dengan semangat juang, sikap menghancurkan, atau kita benci harus menghadapi pertentangan ini. Berhadapan dengan situasi yang tidak menyenangkan adalah bagian dari kenyataan hidup. Sukar menjalani masa yang panjang tanpa terlibat pada keadaan yang membut kita putus asa. Bersikap positif berarti bahwa anda melihat kemungkinan sama-sama menang dan suatu peluang untuk memudahkan pemecahannya. Kita harus belajar mempertahankan sikap optimisme, menghargai kemampuan kita, dan membantu orang lain mewujudkan kemampuan kita, dan membantu orng lain mewujudkan kemampuan mereka.
Kalau yakin akan kekuatan dan kekuasaan kita, hal ini hendaknya membuat kita bebas bersikap dan bersedia bekerjasama dengan orang lain. bersikap positif hendaknya menjadi pelengkap untuk bersikap realistis. Kalau anda menemukan sesuatu berada di luar kendali anda atau seseorang yang tidak menyukai apa yang anda lakukan secara berbeda, tetaplah bersikap positif untuk tidak memasukkannya kedalam hati. Mereka berhak tidak saat menghadapi kekurangan, kekacauan, atau ketidakpastian kita memiliki alat dalam diri yang dapat membantu kita menghadapi keadaan. Sumber daya ini dapat mempertajam fokus dan mengarahkan kembali tanggapan kita sehingga dapat menjadi benar dan sesuai dengan apa yang kita benar-benar rasakan. Untuk mencapai hal ini, lebih dahulu harus mengetahui bahwa alat ini anda menyukai dan anda juga berhak untuk membiarkan hal ini mempengaruhi anda. Orang yang postif mengatakan, ” Mari lakukan itu, kita dapat, aku akan, aku mengerti, aku bertanggungjawab atas tindakanku, aku akan berubah dan aku tahu ada cara yang lebih baik.”
Sebaliknya, orang yang negatif akan berkata : “kita tidak dapat melakukan iyu, aku tidak dapat, anda tidak faham, itu bukan tanggungjawabku, aku tidak melihat perlunya berubah, tidak ada cara lain”,
Semangat bersifat menular, begitu juga pesimisme, namun hanya satu yang membawa kemajuan.
Falsafah pengelolaan diri hanyalah untuk mengetahui siapakah anda, apa yang anda rasakan, apa yang anda pertahankan, dan bagaimana ingin memperlakukan diri anda sendiri. Pengelolaan diri tidak berarti bahwa anda bukan diri anda sendiri, atau bahwa anda bersikap dingin atau anda menjadi robot yang terkendalikan. ini tidak berarti memiliki proses pemikiran senndiri, memilih cara yang diinginkan dalam berfikir dan merasakan. Hal ini membuat hal-hal yang tidak penting menjadi kurang penting, dan memberi kebijaksanaan memilih apa yang sungguh bermanfaat bagi anda dari apa yang tidak. Pengelolaan diri adalah jembatan positif antara emosi dan logika. Kalau tidak mengelola diri sendiri, ide, pandangan, atau tinjauan apa saja dapat mengakibatkan anda tidak menentu secara emosional, dan bertabiat menjengkelkan atau perilaku yang tidak bermanfaat. Inilah sebabnya beberapa orang menghabiskan banyak waktu untuk meminta maaf atas apa yang mereka lakukan. Pengelolaan diri adalah sebagai salah satu bentuk disiplin Personal Mastery mewujudkan mekanisme penyaringan untuk menangani semua rangsangan yang kita terima. Ia mengelola apa yang dimasukkan dalam diri, dan bagaimana menyampaikan informasinya. kita juga memiliki sistem penapisan yang setelah memasukkan suatu masalah atau tanggapan, merasakannya, menghadapi, dan kemudian membiarkannya berlalu. terlalu banyak masukan yang tidak perlu dapat membutakan inti dalam diri kita dan membuatnya lebih sukar untuk mencapai sifat produktif bagi keberhasilan pribadi.
Sumber : Modul Diklat PIM IV, KECERDASAN EMOSI