Skandal mengguncang kampus elite Amerika Serikat (AS), Harvard University. Sebanyak 125 mahasiswa diduga saling bekerja sama dan mencontek saat ujian di universitas terbaik di dunia itu. Ratusan mahasiswa tersebut kini diselidiki pihak universitas. Hampir setengah dari seluruh mahasiswa yang mengikuti kuliah pengantar pemerintahan itu diduga bekerja sama mencontek jawaban ujian atau saling meminjamkan isi jawaban ujian pada teman lainnya. Jika terbukti, ini skandal terbesar yang menimpa Harvard.
“Mahasiswa-mahasiswa yang terlibat telah ditandai sebagai mahasiswa bermasalah, sekitar2% daritotal6.700mahasiswa yang ada.Mereka telah dicatat dan akan diperiksa secara pribadi dalam beberapa pekan mendatang,”ungkap Harris. Menurut Harris, beberapa mahasiswa mungkin akan dibebaskan dari hukuman,tapi mahasiswa yang terbukti bersalah akan mendapat sanksi berupa skors beberapa tahun. Harvard juga berencana lebih memperketat upaya mengurangi tindakan pencontekan dengan mendidik mahasiswa tentang etika akademis.
Akibat aksi pencontekan massal ini, universitas memberi peringatan kepada seluruh mahasiswa dan orang tua mereka terkait insiden ini. Sejumlah staf atau pengajar di Harvard menolak mengungkap nama-nama mahasiswa yang terlibat karena hal itu dilindungi oleh undang-undang privasi federal. Namun, Harvard mengidentifikasi mereka adalah mahasiswa yang mengikuti kuliah pemerintahan, Pengantar untuk Kongres,pada kelas setiap hari Kamis yang diajar asisten profesor Matthew Platt.
Mahasiswa yang mengikuti kelas itu juga berasal dari semua tingkat di strata satu sehingga beberapa orang yang terlibat mungkin telah lulus. Harris tidak berkomentar apakah mereka yang sudah lulus akan berisiko kehilangan gelar mereka.Namun, dia mengatakan, “Ini sesuatu yang kami tangani dengan sangat, sangat serius.” Dalam pernyataannya,Rektor Harvard University Drew Faust menjelaskan,“Jika tuduhan itu terbukti, hal itu tindakan yang tidak dapat diterima sepenuhnya, yang mencederai kepercayaan yang dijunjung Harvard.
Ada tindakan yang dilakukan untuk memastikan setiap mahasiswa di Harvard memahami dan melaksanakan nilai-nilai yang fundamental itu pada dunia akademis.” Dalam buku panduan resmi Harvard menyatakan, bekerja sama dalam menjawab soal ujian itu dilarang hingga secara eksplisit diizinkan oleh pengawas. Buku panduan itu juga mendorong para profesor untuk menjelaskan kebijakan ini dalam silabus.
Harvard secara resmi tidak berencana menyelidiki kasus lainnya hingga ada anggota fakultas yang membawa bukti baru.Meski demikian,kampus akan mempertimbangkan langkah-langkah pencegahan, termasuk penetapan kode kehormatan akademis. Ide tentang kode kehormatan itu sempat memicu perdebatan karena sebelumnya hal itu ditolak oleh kampus dan fakultas. Menurut Harvard, mahasiswa harus tahu cara berperilaku yang baik tanpa kode kehormatan resmi.
Saat ini Yale University dan Massachusetts Institute of Technology sudah memiliki kode kehormatan resmi. Tahun lalu Harvard memperkenalkan secara sukarela kepada mahasiswa untuk berjanji menerapkan nilai-nilai dasar seperti “integrity,respect, and industry.”Namun, sejumlah profesor dan intelektual justru menganggapnya tidak layak diterapkan untuk dunia akademis. Dalam sebuah tulisan di blog, mantan dekan Harvard College Harry Lewis menyebut janji semacam itu merupakan tindakan yang memalukan publik.
Tahun ini,berdasarkan keterangan pejabat yang mengetahui tentang janji nilai-nilai dasar itu, Harvard berencana menghapus kebijakan tersebut. Terkait tuduhan pencontekan massal itu,Harvard juga akan menerapkan strategi baru untuk para mahasiswa mengenai norma-norma akademis. Ini upaya yang diintensifkan dalam dua tahun terakhir karena khawatir praktik-praktik plagiarisme mulai marak. “Para mahasiswa harus mengubah perilaku hingga lebih mencerminkan nilai-nilai intelektualitas.
Ini tentu bukan masalah Harvard saja. Ini masalah nasional dan internasional,” tutur Harris, dikutip Boston Globe. Pada 2010 Harvard membentuk komite integritas akademis.“ Kejadian pencontekan baru ini harus ditangani secepatnya,” katanya. Pegawai Harvard mengatakan, mereka tidak dapat mengingat kasus pencontekan lain di kampus terkenal di dunia itu.
Namun, dalam buku memoar yang baru, That Book About Harvard (2008), seorang sarjana Eric Kester menulis bahwa teman sekelasnya sering menulis jawaban soal matematika dan sains kemudian membagi jawaban itu di kamar mandi kampus. Harvard telah mengeluarkan sejumlah mahasiswa karena pelanggaran akademis sebelumnya.
Sedikitnya ada satu kasus yang terkenal yakni saat seorang mahasiswa baru pada 1951, Edward Kennedy, yang kemudian menjadi senator, telah diskors dua tahun setelah mengirim seorang temannya untuk mengikuti ujian bahasa Spanyol di tempat duduknya. BadanAdministratif Harvard telah melakukan voting untuk 197 kasus baru kelakuan buruk akademis pada 2009-2010, data terbaru yang bisa didapatkan.
Lembaga ini juga mengintensifkan pengawasan 144 mahasiswa, menskors 42 mahasiswa, dan mencabut secara permanen status kemahasiswaan empat orang.Hanya tujuh kasus yang tidak diambil tindakan. Sejumlah universitas ternama juga mengalami skandal pencontekan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2007, 34 mahasiswa tahun pertama di Fuqua School of Business, Duke University,bekerja sama mengerjakan ujian pekerjaan rumah dan tugas lainnya; 24 mahasiswa dihukum dengan skors masa pendidikan atau dikeluarkan.
Pada 2000, Dartmouth College menyelidiki 78 mahasiswa yang dituduh mencontek dalam ujian sains komputer dasar. Komite kampus memeriksa 27 mahasiswa dan mengumpulkan lebih dari 500 halaman dokumen sebagai bukti. Namun, komite kampus itu masih belum dapat memutuskan siapa yang benar-benar mencontek atau yang tidak.
Semua 78 mahasiswa khawatir merekaakandijatuhihukuman. Hingga kemarin kasus pencontekan massal itu masih membuat mahasiswa baru terkejut.“ Saya dapat memahami tekanan saat menghadapi ujian.Tapi, mereka harus mengerjakan ujian itu sendiri,” papar Megan Taing, 18, mahasiswa baru di Harvard. ● syarifudin